Gambar Mewarnai Pemandangan Alam
_mewarnai.webp)
Halaman unduh untuk gambar mewarnai Gambar Mewarnai Pemandangan Alam. Klik tombol di atas untuk mengunduh gambar dalam format PDF berkualitas tinggi, siap untuk dicetak dan diwarnai.
Gambar Mewarnai Terkait
Dongeng Terkait dari Blog
Kiko Si Kucing Rumahan dan Kwak Si Gagak Nyinyir - Cerita Dongeng
Pada zaman dahulu, di sebuah desa pinggir hutan yang damai, hiduplah seekor kucing gendut bernama Kiko. Bulu Kiko putih belang hitam, matanya bulat, dan perutnya… yah, sedikit meluber. Aktivitas harian Kiko sangat padat: Bangun tidur. Makan. Meringkuk di dekat jendela. Menguap. Tidur lagi. “Kerjaannya cuma gitu doang!” ujar seekor burung gagak bernama Kwak, yang tinggal di pohon depan rumah manusia tempat Kiko tinggal. Kwak adalah tipe burung yang sangat aktif, cerewet, dan suka mengomentari hidup makhluk lain. “Aku tiap hari terbang jauh cari makan, ngumpulin ranting, nyari tempat berteduh dari hujan. Eh dia? Duduk manja di bantal empuk sambil ngeong-ngeong manja ke manusia! Dasar kucing rumahan pemalas!” Kiko hanya mendongak sedikit, lalu menguap panjang. “Yawdah sih, gak usah nonton hidupku…” “Dan kamu itu kucing, ya! Tapi gak pernah nangkep tikus! Apa gunanya kamu hidup bareng manusia?” Kiko menoleh malas. “Eh, jangan salah. Aku emang gak suka berburu, tapi kehadiranku aja udah cukup bikin tikus gak semena-mena.” Kwak cengar-cengir. “Ngaku-ngaku penting, padahal cuma makan dan tidur. Aku lebih respek sama kucing liar di hutan. Mereka mandiri, tangguh, keren!” Kiko mengangkat ekornya pelan dan berjalan menuju tempat makan. “Aku gak butuh keren. Aku cuma pengen hidup damai.” Kwak masih terus membanding-bandingkan....
Baca Dongeng...Sabana 1: Ketika Monyet Menjadi Raja Hutan - Dongeng
Di tengah hamparan savana yang luas dan hangat, hiduplah berbagai hewan dalam kedamaian. Selama bertahun-tahun, mereka hidup di bawah kepemimpinan Raja Singa, seekor singa tua yang bijaksana. Walaupun tubuhnya sudah tidak sekuat dulu, ia selalu menjadi penengah adil di antara perselisihan, menjaga hukum rimba tetap berjalan damai. Namun, tak semua hewan puas dengan kedamaian itu. Seekor monyet yang cerdik tapi suka membuat onar mulai gelisah. Ia merasa bisa memimpin savana dengan lebih baik. “Mengapa hewan seperti aku, yang pintar memanjat dan bersuara nyaring, tidak boleh menjadi raja?” pikirnya setiap hari. Suatu pagi, saat hewan-hewan berkumpul untuk mendengarkan petuah Raja Singa, si monyet tiba-tiba memanjat ke atas batu besar dan berteriak: “Raja kita sudah tua dan lemah! Aku lebih cepat, lebih pintar, dan lebih aktif! Serahkan takhtamu, wahai Singa Tua!” Semua hewan terdiam. Burung-burung berhenti berkicau, dan padang rumput seolah membeku. Singa tua memandangi monyet itu dengan mata tenang dan berkata, “Jika kau benar-benar ingin menjadi raja, kau tak perlu berteriak dan membuat keributan. Aku sudah lelah. Aku akan turun tahta... dengan satu syarat.” Monyet yang terkejut langsung menegakkan punggungnya, “Syarat apa, wahai Raja?” “Jadilah raja yang bijak. Jaga savana dengan adil. Pimpinlah dengan hati, bukan hanya suara dan canda.”...
Baca Dongeng...Kucing Hutan dan Pohon Pencerahan - Cerpen
Di tengah hutan lebat, berdiri sebuah Pohon Pencerahan yang menjulang tinggi. Di puncaknya tumbuh Buah Kebijaksanaan, yang konon bisa membuat siapa pun yang memakannya menjadi cerdas, bijak, dan dihormati oleh semua hewan. Mendengar kabar itu, para hewan pun berlomba-lomba untuk mencapai puncak pohon. Monyet berkata, “Aku ahli memanjat! Aku pasti sampai lebih dulu!” Burung Elang menyombong, “Aku akan terbang langsung ke puncak, tanpa repot-repot memanjat!” Kambing Gunung mencari jalur rahasia, “Mungkin ada jalan pintas di balik bukit.” Kelinci meloncat-loncat penuh percaya diri, “Aku hanya perlu sedikit loncatan besar!” Namun, satu per satu mereka gagal. Monyet terlalu tergesa-gesa dan tergelincir. Elang terkena angin kencang dan kehilangan keseimbangan. Kambing tersesat dalam pencariannya. Kelinci kelelahan dan menyerah. Sementara itu, seekor Kucing Hutan duduk diam, mengamati mereka semua. Sang Kucing yang Cerdik dan Sabar Tak seperti hewan lain yang terburu-buru, Kucing Hutan memilih untuk belajar lebih dulu. Ia mengamati pohon itu dengan saksama – mencari dahan yang kuat, jalur yang aman, dan cara terbaik untuk mendaki. Ia melatih cengkeraman cakarnya agar bisa mencengkeram dengan kuat saat mendaki. Ia belajar dari kegagalan hewan lain, menghindari kesalahan mereka. Saat semua hewan lain sudah menyerah, Kucing Hutan mulai mendaki dengan tenang dan penuh strategi. Monyet menertawakannya. “Kenapa...
Baca Dongeng...